Rabu, 06 November 2013

Ketika Allah Memilihmu Untukku..


Padamu yang Allah pilihkan dalam hidupku..
Ingin ku beri tahu padamu..
Aku hidup dan besar dari keluarga bahagia..
Orang tua yg begitu sempurna..
Dengan cinta yg begitu membuncah..
Aku dibesarkan dgn limpahan kasih yang tak terhingga..
Maka, padamu ku katakan..
Saat Allah memilihmu dalam hidupku,
Maka saat itu Dia berharap, kau pun sanggup melimpahkan cinta padaku..
Memperlakukanku dgn sayang yang begitu indah..


Padamu yang Allah pilihkan untukku..
Ketahuilah, aku hanya wanita biasa dengan begitu banyak kekurangan dalam diriku,
Aku bukanlah wanita sempurna, seperti yang mungkin kau harapkan..
Maka, ketika Dia memilihmu untukku,
Maka saat itu, Dia ingin menyempurnakan kekuranganku dgn keberadaanmu.
Dan aku tahu, Kaupun bukanlah laki-laki yang sempurna..
Dan ku berharap ketidaksempurnaanku mampu menyempurnakan dirimu..
Karena kelak kita akan satu..
Aibmu adalah aibku, dan indahmu adalah indahku,
Kau dan aku akan menjadi 'kita'..


Padamu yg Allah pilihkan untukku..
Ketahuilah, sejak kecil Allah telah menempa diriku dgn ilmu dan tarbiyah,
Membentukku menjadi wanita yg mencintai Rabbnya..
Maka ketika Dia memilihmu untukku,
Maka saat itu, Allah mengetahui bahwa kaupun telah menempa dirimu dgn ilmuNya.. Maka gandeng tanganku dalam mengibarkan panji-panji dakwah dalam hidup kita..
Itulah visi pernikahan kita..
Ibadah pada-Nya ta'ala..


Padamu yg Allah tetapkan sebagai nahkodaku..
Ingatlah.. Aku adalah mahlukNya dari tulang rusuk yang paling bengkok..
Ada kalanya aku akan begitu membuatmu marah..
Maka, ketahuilah.. Saat itu Dia menghendaki kau menasihatiku dengan hikmah,
Sungguh hatiku tetaplah wanita yg lemah pada kelembutan..
Namun jangan kau coba meluruskanku, karena aku akan patah..
Tapi jangan pula membiarkanku begitu saja, karena akan selamanya aku salah..
Namun tatap mataku, tersenyumlah..
Tenangkan aku dgn genggaman tanganmu..
Dan nasihati aku dgn bijak dan hikmah..
Niscaya, kau akan menemukanku tersungkur menangis di pangkuanmu..
Maka ketika itu, kau kembali memiliki hatiku..


Padamu yang Allah tetapkan sebagai atap hunianku..
Ketahuilah, ketika ijab atas namaku telah kau lontarkan..
Maka dimataku kau adalah yang terindah,
Kata2mu adalah titah untukku,
Selama tak bermaksiat pada Allah, akan ku penuhi semua perintahmu..
Maka kalau kau berkenan ku meminta..
Jadilah hunian yg indah, yang kokoh…
Yang mampu membuatku dan anak-anak kita nyaman dan aman di dalamnya..


Padamu yang Allah pilih menjadi penopang hidupku…
Dalam istana kecil kita akan hadir buah hati-buah hati kita..
Maka didiklah mereka menjadi generasi yg dirindukan syurga..
Yang di pundaknya akan diisi dgn amanah-amanah dakwah,
Yang ruh dan jiwanya selalu merindukan jihad..
Yang darahnya mengalir darah syuhada..
Dan ku yakin dari tanganmu yg penuh berkah, kau mampu membentuk mereka..
Dengan hatimu yg penuh cinta, kau mampu merengkuh hati mereka..
Dan aku akan selalu jatuh cinta padamu..


Padamu yang Allah pilih sebagai imamku…
Ku memohon padamu.. Ridholah padaku,
Sungguh Ridhomu adalah Ridho Ilahi Rabbi..
Mudahkanlah jalanku ke Surga-Nya..
Karena bagiku kau adalah kunci Surgaku..




( Oleh Aztriana 180610/ 01'50 Makassar.. )


Dari Ummu Salamah, ia berkata, "Rasulullah S.A.W bersabda : "Seorang perempuan jika meninggal dan suaminya meridhoinya, maka ia akan masuk surga." (HR. Ahmad dan Thabrani)

"AKU TIDAK MAU HIDUP DENGANMU SAMPAI MATI..."


Pada suatu malam, setelah selesai Qiyamul Lail berjama'ah, suamiku mengenggam tanganku. "Mataku tidak bisa tidur, bagaimana jika kita ke balkon depan menikmati bintang2 di angkasa", ucap suamiku. Aku mengangguk pelan, "Sebentar, aku buatkan wedang jahe dulu", ucapku pula. Ku lirik jam di dinding, sudah pukul 3.56 menit. Dengan ditemani suamiku, aku turun ke dapur membuat minuman hangat itu. Lalu kami naik lagi ke lantai dua, menuju balkon yg memang tidak jauh dari kamar utama.

Udara dingin menelusup ke pori2 tubuh, diam2 kupandangi suamiku yg sedang santai memegang cangkirnya sambil memandangi bintang2 di angkasa. Biasanya saat seperti inilah kami bisa bicara dari hati ke hati, saat anak2 telah nyenyak terlelap. Lumayan ngobrol sambil menunggu waktu subuh tiba.

"Pa..," ucapku pelan membuka pembicaraan. "mmh.. ya ma..," jawab suamiku. "Masih ingat gak, adegan sepasang kakek dan nenek yg berpelukan ketika kapal Titanic hampir tenggelam..? itu loh yg di filem Titanic", ucapku. "Ya.. terus..," suamiku manggut2 berusaha mengingat. "Aku ingin kita seperti itu.. sudah tua dan sampai meninggal pun bersama", ku sampaikan harapanku. Lalu suamiku menoleh dan berujar, "gak mau ah..".

Aku kaget setengah mati, bibirku rasanya kelu.. "kok gak mau..? jadi mau nya berdua pas masih muda aja.. gak mau menghabiskan masa tua denganku..?" rajukku kesal.

"Pokoknya gak mau.. Udah ah.. ganti topik aja,.. tuh udah azan shubuh, lebih baik kita wudhu terus ke mesjid," ucap suamiku sambil meletakkan cangkirnya yg sudah kosong di meja dan meninggalkan aku yg masih manyun dan terpaku di balkon. "ayuuk.. ma," ajak suamiku lagi. Dengan langkah gontai karena menahan sedih, kuikuti langkah suamiku berwudhu dan siap2 menuju mesjid yg tidak begitu jauh dari rumahku.

Setelah selesai sholat shubuh di mesjid, bibirku masih terkunci namun tetap berusaha tidak merengut di depan suamiku. Duh.. betapa susahnya bersandiwara.. kala hati sedang gundah, tapi tidak tega bermuka masam pada suami tercinta, yg telah bersusah payah menafkahi ku dan anak2.. yg telah memperlakukan aku selayak permaisuri di hatinya.. Namun mengapa dengan teganya dia tidak ingin hidup berdua denganku sampai mati.. mengapa..? atau jangan2... Dia punya niat lain, jika separuh umur kelak, akan mengambil perempuan lain sebagai maduku..? Syeithan laknatullah menguasai pikiran ku..

Telah hari kedua sejak dialog kami di balkon tempo hari. Sepertinya suamiku bisa merasakan perubahan pada diriku. Aku jadi banyak diam, padahal aku termasuk cerewet dan bawel. Setelah sholat Isya berjama'ah, dan menidurkan anak2, suamiku kembali mengajakku untuk duduk di balkon lagi. Dengan setengah hati, kupenuhi inginnya.

"Ada apa, ma..?," tanya suamiku pelan sambil menatap ke manik mataku dan menggenggam jemariku. Aku diam saja, namun tak terasa dua bulir airmata menetes di pipi. "Kamu kecewa sama aku..?," tanyanya lagi. Bibirku masih terkunci. "Pasti gara2 ucapanku kemarin dulu ya.." Suamiku mulai menebak..

"Begini ma, aku memang tidak ingin hidup berdua denganmu sampai mati..," ucapnya pelan namun menghujam hatiku. Dengan terisak kutepis tangannya, hendak berlari meninggalkannya. Lengannya yg kuat kembali menarik lembut jemariku. "Dengarkan dulu.." pintanya. Baiklah, aku berikan kesempatan sekali ini lagi, pikirku.


"Aku memang tidak mau hidup berdua hanya sampai mati denganmu, namun aku ingin berdua denganmu sampai di kehidupan setelah kematian. Aku ingin berkumpul dengan mu di Syurga ALLAH Subhana Hu Wa Ta'Ala. Tak kan tergantikan dirimu dengan seratus bidadari sekalipun, karena aku telah memilikimu bidadariku, istri sholehahku, pasangan jiwaku, di dunia dan di akherat kelak.."
suara suamiku pelan menelusup lembut ke rongga hatiku..

"Tidak sedikit pun, aku ragu menitipkan hartaku padamu untuk kau jaga, karena engkau amanah membelanjakannya, tidak sedikit pun aku ragu menitipkan anak2 kita untuk kau jaga dan kau didik karena aku yakin mereka mengenal Rabb nya dengan baik melalui keluhuran budimu, tidak sedikitpun pula aku takut meninggalkanmu di kala aku sedang mencari nafkah, karena aku yakin kau mampu menjaga kehormatanmu dikala aku jauh dari sisimu.."



Ya Allahu Rabbi,
tidak mampu aku menahan air mata haruku,
begitu besar nikmat yg KAU beri...
Tiada mungkin rasa cinta kasih ini sedemikian dalam
jika tanpa kuasa dan kehendakMu menyatukan kami dalam Rahmah Mu,
Ya Allah.. Ya kariim... Ya Arrahman Arrahimiin..
Jadikanlah hidup kami ladang amal bagi kami dalam menggapai kasih sayangMu dan RidhoMu..
masukkanlah kami ke dalam golongan Hamba2Mu yg KAU kasihi,
yg KAU rahmati dan yg KAU cintai...
Allohumma Sholli'ala Sayyidina Muhammad..



Semoga sepenggal kisah ini ada manfaatnya... insyaAllah.


Wassalam,
Cibubur, 5 Januari 2010



RINA SYARIF